Contributor: Nur Rohmawati Hasanah, S.Si Kegiatan SALAM atau Pesantren Akhlak…
Contributor: Qurrotu Ainun, S.Pd,I
Pengetahuan tentang hakikat dan kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan dan perannya di alam semesta ini. Pengetahuan ini sangat penting karena dalam proses pendidikan manusia bukan saja objek tetapi juga sebagai subjek, sehingga pendekatan yang harus dilakukan dan aspek yang diperlukan dapat direncanakan secara matang.
Alquran menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan tuhan, sebagai khalifah-Nya di bumi, serta sebagai makhluk yang semi samawi dan semi duniawi yang dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas mempercayai dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta dikaruniai keunggulan untuk menguasai alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai ke arah kecenderungan kepada kebaikan dan kejahatan. Kemajuan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan yang kemudian bergerak ke arah kekuatan, tetapi itu tidak menghapuskan kegelisahan mereka, kecuali kalau mereka dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas mereka tidak terbatas, baik dalam kemampuan belajar maupun dalam menerapkan ilmu. Mereka memiliki keluhuran dan martabat naluriah. Motivasi dan pendorong mereka dapat secara leluasa memanfaatkan nikmat dan karunia yang dilimpahkan Allah kepada mereka namun pada saat yang sama, mereka menunaikan kewajiban mereka kepada Tuhan.
Bila dimensi ini dikembangkan dalam kajian pendidikan, maka dalam proses mempersiapkan generasi penerus estafet kekhalifahan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka pendidikan yang ditawarkan di SD Islam Al Azhar 11 Surabaya semoga mampu memberikan dan membentuk pribadi peserta didiknya dengan acuan nilai-nilai Islam. Dengan penanaman ini, akan menjadikan panduan baginya dalam melaksanakan amanat Allah di muka bumi. Kekosongan akan nilai-nilai Islam, akan mengakibatkan manusia akan bebas kendali dan berbuat sekehendaknya. Sikap yang demikian akan berdampak timbulnya nilai egoistic yang bermuara kepada tumbuhnya sikap angkuh dan sombong pada diri manusia. Sikap ini akan berbias kepada tumbuhnya sikap memandang rendah orang lain. Untuk menghindari kekosongan akan nilai-nilai Islam maka penulis menyampaikan hadits dari Nabi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’zhim wa Al-Minnah fi Al-Intishar As-Sunnah, hlm. 12-13).
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa untuk merealisasikan tugas dan kedudukan manusia tersebut kepada Allah dapat ditempuh peserta didik lewat pendidikan yang di dalamnya menerapkan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalam Alquran dan hadits. Dengan media ini, diharapkan peserta didik mampu mengembangkan potensi yang diberikan Allah SWT secara optimal, untuk merealisasikan kedudukan, tugas, dan fungsinya dengan baik supaya tidak tersesat.
Oleh karena itu, dalam pendidikan Islam yang dijadikan pedoman adalah Alquran dan hadits, maka diharuskan bagi orang muslim untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karena di dalalamnya banyak menjelaskan tentang prilaku dan perbuatan yang diperintah, dianjurkan serta dilarang, mana perbuatan baik dan mana yang buruk perlu diketahui, agar yang baik dikerjakan dan yang buruk ditinggalkan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk menanamkan mental yang berlandaskan kepada Alquran dan hadits.